Jumaat, Oktober 31, 2008
Khamis, Oktober 30, 2008
Hargai Masa Supaya Hidup Tidak Sia-Sia
KATA orang tua-tua, “Masa itu umpama sebilah pedang. Jika kita tidak memanggilnya maka ia akan memenggal leher kita”.
Allah mengingatkan hambanya dalam firman yang bermaksud: “Dan Dialah yang menjadikan malam dan siang silih berganti untuk siapa yang mahu beringat (memikirkannya) atau mahu bersyukur (akan nikmatnya).” (Surah al-Furqan, ayat 62)
Khamis, Oktober 23, 2008
Bina Peribadi Waktu Makan
1. Tunggu orang yang paling tua
“Kalau ada ayah, suapan pertama hendaklah dimulakan oleh ayah. Kalau tidak ada ayah, emak dulu. Rahsia di sebaliknya, bila dikekalkan begitu selama tiga bulan, akan tumbuh di hati anak rasa hormat kepada yang lebih tua walaupun di luar pandangan kita. Jadi kalau kita hendak tahu macam mana anak kita di luar pandangan kita, tengok waktu makan.”
2. Baca Bismillah dan guna tangan kanan
“Anak kita tidak akan sanggup untuk memasukkan makanan ke mulut atau memegang sesuatu yang bukan haknya. Yang biasa dia ambil masuk ke mulut dengan nama Allah dan biasa memegang yang halal dengan tangan kanan. Melalui amalan yang mudah ini, roh kita dimonitor oleh syariat. Amalan ini tak perlu pada tenaga dan wang ringgit yang banyak tapi perlu pada kesabaran dan istiqamah.”
3. Ambil lauk terdekat dulu
“Bagi cubitan lauk yang pertama, ambil yang paling dekat. Kenapa? Melatih sabar. Kali kedua jika hendak ambil yang jauh tak mengapa, itu dikira usaha ikhtiar untuk dapat yang lebih baik. Ia mempengaruhi corak kehidupan dan corak kita bekerja. “Kalau ayah atau ibu hendak membina sifat penyayang, ambil lauk yang pertama letak di pinggan anak. Memang anak akan rasa lain. Kalau dia tak mahu lauk itu tak mengapa tapi kita memberi tu yang mustahak. Kalau kita buat macam itu, dia juga akan jadi macam itu pada orang lain. Kita sudah bina masyarakat penyayang di dalam rumah kita. Malah untuk latih anak cinta pada saudaranya yang lain, itulah waktunya.”
4. Kawal suapan
“Bila ambil makanan untuk suap ke mulut, jangan diangkat suapan seterusnya selagi di dalam mulut itu belum ditelan. Sesudah ditelan, baru angkat suapan seterusnya masuk ke mulut. Untuk apa? Melatih jangan tamak dan bersifat qanaah ? mencukupi apa yang ada. Atau lebih tepat, melatih syukur terhadap apa yang Allah kurniakan.” Ustaz Sobri berkata, “Perkara ini kalau dilatih betul-betul, ia akan menumbuhkan sifat-sifat mulia di dalam diri. Sebab makan adalah perkara yang kita benar-benar buat dengan hati, sebab itu ia mempengaruhi roh.”
Adab Membaca Al-Quran
Imam Al Ghazali di dalam kitabnya Ihya Ulumuddin telah memperinci dengan sejelas-jelasnya bagaimana hendaknya adab-adab membaca Al Qur’an menjadi adab yang mengenal batin, dan adab yang mengenal lahir. Adab yang mengenal batin itu, diperinci lagi menjadi arti memahami asal kalimat, cara hati membesarkan kalimat Allah, menghadirkan hati dikala membaca sampai ke tingkat memperluas, memperhalus perasaan dan membersihkan jiwa. Dengan demikian, kandungan Al Quran yang dibaca dengan perantaraan lidah, dapat bersemi dalam jiwa dan meresap ke dalam hati sanubarinya. Kesemuanya ini adalah adab yang berhubungan dengan batin, yaitu dengan hati dan jiwa. Sebagai contoh, Imam Al Gazhali menjelaskan, bagaimana cara hati membesarkan kalimat Allah, yaitu bagi pembaca Al Qur’an ketika ia memulainya, maka terlebih dahulu ia harus menghadirkan dalam hatinya, betapa kebesaran Allah yang mempunyai kalimat-kalimat itu. Dia harus yakin dalam hatinya, bahwa yang dibacanya itu bukanlah kalam manusia, tetapi adalah kalam Allah Azza wa Jalla. Membesarkan kalam Allah itu, bukan saja dalam membacanya, tetapi juga dalam menjaga tulisan-tulisan Al Quran itu sendiri. Sebagaimana yang diriwayatkan, ‘Ikrimah bin Abi Jahl, sangat gusar hatinya bila melihat lembaran-lembaran yang bertuliskan Al Quran berserak-serak seolah-olah tersia-sia, lalu ia memungutnya selembar demi selembar, sambil berkata:”Ini adalah kalam Tuhanku! Ini adalah kalam Tuhanku, membesarkan kalam Allah berarti membesarkan Allah.”
Adapun mengenai adab lahir dalam membaca Al Quran, selain didapati di dalam kitab Ihya Ulumuddin, juga banyak terdapat di dalam kitab-kitab lainnya. Misalnya dalam kitab Al Itqan oleh Al Imam Jalaludin As Suyuthu, tantang adab membaca Al Quran itu diperincinya sampai menjadi beberapa bagian.
Di antara adab-adab membaca Al Quran, yang terpenting ialah:
1. Disunatkan membaca Al Quran sesudah berwudhu, dalam keadaan bersih, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah.
2. Mengambil Al Quran hendaknya dengan tangan kanan; sebaiknya memegangnya dengan kedua belah tangan.
3. Disunatkan membaca Al Quran di tempat yang bersih, seperti di rumah, di surau, di mushalla dan di tempat-tempat lain yang dianggap bersih. Tapi yang paling utama ialah di mesjid.
4. Disunatkan membaca Al Quran menghadap ke Qiblat, membacanya dengan khusyu’ dan tenang; sebaiknya dengan berpakaian yang pantas.
5. Ketika membaca Al Quran, mulut hendaknya bersih, tidak berisi makanan, sebaiknya sebelum membaca Al Quran mulut dan gigi dibersihkan terlebih dahulu.
6. Sebelum membaca Al Quran disunatkan membaca ta’awwudz, yang berbunyi: a’udzubillahi minasy syaithanirrajim. Sesudah itu barulah dibaca Bismillahirrahmanir rahim. Maksudnya, diminta lebih dahulu perlindungan Allah, supaya terjauh pengaruh tipu daya syaitan, sehingga hati dan fikiran tetap tenang di waktu membaca Al quran, dijauhi dari gangguan. Biasa juga orang yang sebelum atau sesudah membaca ta’awwudz itu, berdoa dengan maksud memohon kepada Alah supaya hatinya menjadi terang. Doa itu berbunyi sebagai berikut.
“Ya Allah bukakanlah kiranya kepada kami hikmat-Mu, dan taburkanlah kepada kami rahmat dan khazanah-Mu, ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
7. Disunatkan membaca Al Quran dengan tartil, yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan tenang, sesuai dengan firman Allah dalam surat (73) Al Muzammil ayat 4:
“…. Dan bacalah Al Quran itu dengan tartil”.
Membaca dengan tartil itu lebih banyak memberi bekas dan mempengaruhi jiwa, serta serta lebihmendatangkan ketenangan batin dan rasa hormat kepada Al Quran.
Telah berkata Ibnu Abbas r. a.:” Aku lebih suka membaca surat Al Baqarah dan Ali Imran dengan tartil, daripada kubaca seluruh Al Quran dengan cara terburu-buru dan cepat-cepat.”
8. Bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat Al Quran, disunatkan membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat-ayat yang dibacanya itu dan maksudnya. Cara pembacaan seperti inilah yang dikehendaki, yaitu lidahnya bergerak membaca, hatinya turut memperhatikan dan memikirkan arti dan maksud yang terkandung dalam ayat-ayat yang dibacanya. Dengan demikian, ia akan sampai kepada hakikat yang sebenarnya, yaitu membaca Al Quran serta mendalami isi yang terkandung di dalamnya. Hal itu akan mendorongnya untuk mengamalkan isi Al Quran itu. Firman Allah dalam surat (4) An Nisaa ayat
82 berbunyi sebagai berikut:
“Apakah mereka tidak memperhatikan (isi) Al Quran?…”
Bila membaca Al Quran yang selalu disertai perhatian dan pemikiran arti dan maksudnya, maka dapat ditentukan ketentuan-ketentuan terhadap ayat-ayat yang dibacanya. Umpamanya: Bila bacaan sampai kepada ayat tasbih, maka dibacanya tasbih dan tahmid; Bila sampai pada ayat Doa dan Istighfar, lalu berdoa dan minta ampun; bila sampai pada ayat azab, lalau meminta perlindungan kepada Allah; bila sampai kepada ayat rahmat, llau meminta dan memohon rahmat dan begitu seterusnya. Caranya, boleh diucapkan dengan lisan atau cukup dalam hati saja. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud, dari Ibnu Abbas yang maksudnya sebagai berikut: “Sesungguhnya Rasulullah s. a. w. apabila membaca: “sabbihissma rabbikal a’la beliau lalu membaca subhanarobbiyal a’la . Diriwayatkan pula oleh Abu Daud, dan Wa-il binHijr yang maksudnya sebagai berikut:” Aku dengan Rasulullah membaca surat Al Fatihah , maka Rasulullah sesudah membaca walad dholliin lalu membaca aamin . Demikian juga disunatkan sujud, bila membaca ayat-ayat sajadah, dan sujud itu dinamakan sujud tilawah.
Ayat-ayat sajadah itu terdapat pada 15 tempat yaitu:
dalam surat Al-A’raaf ayat 206
dalam surat Ar-ra’d ayat 15
dalam surat An-Nahl ayat 50
dalam surat Bani Israil ayat 109
dalam surat Maryam ayat 58
dalam surat Al-Haji ayat 18 dan ayat 77
dalam surat Al Furqaan ayat 60
dalam surat Annaml ayat 26
dalam surat As-Sajdah ayat 15
dalam surat As-Shad ayat 24
dalam surat Haamim ayat 38
dalam surat An-Najm ayat 62
dalam surat Al-Insyiqaq ayat 21,
dan dalam surat Al-’Alaq ayat 19
9. Dalam membaca Al Quran itu, hendaknya benar-benar diresapkan arti dan maksudnya, lebih-lebih apabila smapai pada ayat-ayat yang menggambarkan nasib orang-orang yang berdosa, dan bagaimana hebatnya siksaan yang disediakan bagi mereka. Sehubungan dengan itu, menurut riwayat, para sahabat banyak yang mencucurkan air matanya di kala membaca dan mendengar ayat-ayat suci Al Quran yang menggambarkan betapa nasib yang akan diderita oleh orang-orang yang berdosa.
10. Disunatkan membaca Al Quran dengan suara yang bagus lagi merdu, sebab suara yang bagus dan merdu itu menambah keindahan islubnya Al Quran. Rasulullah s. a. w. telah bersabda:
“Kamu hiasilah Al Quran itu dengan suaramu yang merdu”
Diriwayatkan, bahwa pada suatu malam Rasulullah s. a. w. menunggu-nunggu istrinya, Sitti ‘Aisyah r. a. yang kebetulan agak terlambat datangnya. Setelah ia datang, Rasulullah bertanya kepadanya:” Bagaimanakah keadaanmu?” Aisyah menjawab :”Aku terlambat datang, karena mendengarkan bacaan Al Quran seseorang yang sangat bagus lagimerdu suaranya. Belum pernah akumendengarkan suara sebagus itu.” Maka Rasulullah terus berdiri dan pergi mendengarkan bacaan Al Quran yang dikatakan Aisyah itu. rasulullah kembali dan mengatakan kepada Aisyah:” Orang itu adalah Salim, budak sahaya Abi Huzaifah. Puji-pujian bagi Allah yang telah menjadikan orang yang suaranya merdu seperti Salim itu sebagai ummatku.”
Oleh sebab itu, melagukan Al Quran dengan suara yang bagus, adalah disunatkan, asalkan tidak melanggar ketentuan-ketentuan dan tata cara membaca sebagaimana yang telah ditetapkan dalam ilmu qiraat dan tajwid, seperti menjaga madnya, harakatnya
(barisnya) idghamnya dan lain-lainnya. Di dalam kitab zawaidur raudhah, diterangkan bahwa melagukan Al Quran dengan cara bermain-main serta melanggar ketentuan-ketentuan seperti tersebut di atas itu, haramlah hukumnya; orang yang membacanya dianggap fasiq, juga orang yang mendengarkannya turut berdosa.
11. Sedapat-dapatnya membaca Al Quran janganlah diputuskan hanya karena hendak berbicara dengan orang lain. Hendaknya pembacaan diteruskan sampai ke batas yang telah ditentukan, barulah disudahi. Juga dilarang tertawa-tawa, bermain-main dan lain-lain yang semacam itu, ketika sedang membaca Al Quran. Sebab pekerjaan yang seperti itu tidak layak dilakukan sewaktu membaca Kitab Suci dan berarti tidak menghormati kesuciannya.
Itulah diantara adab-adab yang terpenting yang harus dijaga dan diperhatikan, sehingga dengan demikian kesucian Al Quran dapat terpelihara menurut arti yang sebenarnya.
Adab Menguap
2. Meletakkan tangan di atas mulut untuk menahan menguap:* Diriwayatkan oleh Muslim daripada Abu Said Al-Khudri r. a., katanya : Telah bersabda Rasulullah s. a. w. yang bermaksud: Apabila seseorang kamu menguap, hendaklah dia meletakkan tangannya pada mulutnya, kerana sesungguhnya syaitan itu akan masuk (melalui mulut yang terbuka). Kebanyakan ulama menghukumkan sunnat meletakkan tangan di mulut ketika menguap, sama ada di dalam sembahyang ataupun di luarnya.
3. Makruh mengangkat suara ketika menguap:* Diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad dan At-Termizi daripada Nabi Muhammad S. A. W. katanya yang bermaksud: Sesungguhnya Allah suka kepada orang-orang yang bersin, dan membenci orang-orang yang menguap. Maka apabila seseorang kamu menguap, jangan sampai berbunyi haaa haaa, kerana yang demikian itu daripada syaitan yang mentertawakanmu. Ibnu As-Sunni telah meriwayatkan pula daripada Abdullah bin Az-Zubair r. a., katanya: Telah bersabda Rasullah S. A. W. yang bermaksud: Sesungguhnya Allah azzawajalla membenci mengangkat suara ketika menguap dan bersin. Ada diriwayatkan iaitu apabila seseorang itu dapat menahan menguap, lalu dia berkhayal dalam ingatannya, bahawasanya Nabi alaihis-salam tidak pernah menguap sama sekali, niscaya akan hilang perasaan hendak menguap itu dengan izin Allah.
Rahsia Memotong Kuku
RASULULLAH S.A.W BERSABDA: YANG ERTINYA: Barang siapa yang mengerat kukunya pada ;
* Hari Sabtu : Nescaya keluar dari dalam tubuhnya ubat dan masuk kepadanya penyakit
* Hari Ahad : Nescaya keluar daripadanya kekayaan dan masuk kemiskinan
* Hari Isnin : Nescaya keluar daripadanya gila dan masuk sihat
* Hari Selasa : Nescaya keluar daripadanya sihat dan masuk penyakit
* Hari Rabu : Nescaya keluar daripadanya was-was dan masuk kepadanya kepapaan.
* Hari Khamis : Nescaya keluar daripadanya gila dan masuk kepadanya sembuh dari penyakit.
* Hari Jumaat : Nescaya keluar dosa-dosanya seperti pada hari dilahirkan oleh ibunya dan masuk kepadanya rahmat daripada Allah Taala
Ahad, Oktober 19, 2008
Arif Bertanding Mental Arithmetik
Teringin Nak Makan Ikan Bakar
Hari Sabtu, 18 Oktober 2006, aku teragak nak makan ikan bakar. Aku meminta isteri dan anak-anakku supaya bersiap agar sampai ke tempat dituju lebih awal. Lepas sembahyang Maghrib, kami pun berbincang untuk memilih gerai mana yang akan dituju.
Di Melaka ni, tak susah nak cari medan ikan bakar. Dari rumah kami di Alai, banyak pilihan boleh dibuat. Boleh pergi Medan Ikan Bakar Umbai, Serkam dan Anjung Batu. Hari ini aku bercadang untuk ke Medan Ikan Bakar di Telok Mas, bersebelahan dengan Penjara Henry Gurney. Tempatnya memang menarik, tak berapa ramai orang yang tahu, malangnya sewaktu aku sampai, banyak 'benda' yang dah habis. Udang dah habis, sotong pun tinggal sikit dan yang tinggal hanyalah ikan sahaja.
Memandangkan semua 'benda' habis, aku mengambil keputusan untuk ke Medan Ikan Bakar Alai, berhampiran Cyrstal Bay. Tak jauh, lebih kurang 2 kilometer saja. Kat sini hanya ada 3 gerai saja yang dibuka iaitu 2 gerai ikan bakar dan satu lagi gerai menjual kraftangan. Malam ni orang yang datang agak ramai juga. Satu Gerai Ikan Bakar Alaa Kasim dan satu lagi Gerai Ikan Bakar Haji Musa. Kedudukan ketiga-tiga gerai ini berhampiran sungai dan di sebelah sungai tersebut juga ada sederet gerai ikan bakar yang lama. Kepada orang yang datang dari luar Melaka, aku nak nasihatkan kalau nak makan ikan bakar ramai-ramai, baik tempat dulu. kalau nak makan malam, sebelah petang, lebih kurang pukul 6.00 petang, dah boleh tempah. Kalau tidak, jawabnya terpaksa menunggu lama.
Malam ni aku seperti sebelumnya ke Gerai Ikan Bakar Haji Musa. Aku tak tahu kenapa aku suka masakan di gerai ini. Tapi memang sedap. Isteri aku mula memilih beberapa ekor udang, sotong, ikan dan ketam untuk ditimbang. Anak-anakku juga dah kelaparan. Lebih kurang 20 minit, semua makanan yang dipesan siap dihidangkan. Anakku, Nur Hamizah bukan main lagi meratah udang dan ketam, Nur Arifah sukakan ikan sweet & sour manakala aku sukakan sotong goreng tepung, udang dan ketam goreng. Isteri aku sukakan semuanya.
Malam ni semua makanan yang dihidangkan habis semuanya. Yang penting, hajatku untuk merasakan makanan laut ini tercapai...
Yelah, baru lepas hujan katakan.....
Gerai Ikan Bakar Haji Musa
Pengunjung yang datang agak ramai, terutama cuti sekolah ataupun hari gaji.
Hari Raya Aidilfitri 1428H
Raya padaku lebih kepada anak-anak...yelah duit raya.
Allahyarham Hj. Atip Bin Ali, AMN (1942-2006)
Allahyarham Tuan Hj. Atip bin Ali merupakan ayah mertuaku. Semasa hayatnya, beliau merupakan seorang pendidik dan juga seorang pejuang bangsa. Beliau banyak menghabiskan masanya berbakti kepada masyarakat melalui aktiviti-aktiviti kemasyarakatan di Kampung Alai khususnya melalui UMNO. Antara jawatan yang pernah disandang oleh beliau ialah Ketua UMNO Cawangan Alai, Pengerusi Jawatankuasa Pendidikan UMNO dan lain-lain lagi.
Nama Allahyarham Tuan Hj. Atip dikenali dalam bidang perundangan apabila kes beliau melawan Tan Sri Rahim Tambychik menjadi rujukan pelajar perundangan. Antaranya melalui laman web http://www.geocities.com/CapitolHill/2299/civil.html, disebut:
Atip bin Ali v Josephine Doris Nunis & Anor [1987] 1 MLJ 82 — 2 [100]
Karpal Singh v Atip bin Ali [1987] 1 MLJ 291 — 2 [1273]
Karpal Singh v Atip bin Ali [1987] 1 MLJ 291 — 2 [1286]
Dalam laman web The Malaysian Bar http://www.malaysianbar.org.my/content/view/2333/27/, nama beliau juga dicatat seperti petikan berikut:
"3. An advocate and solicitor is an officer of the court and his professional conduct is always under the supervision and scrutiny of the court, and that when there is dereliction of duty on the part of the advocate and solicitor in the conduct of his professional work the court may, in a proper case, order him to be personally liable for the costs of the proceedings after giving him an opportunity to defend himself: per Seah SCJ in Karpal Singh v. Atip bin Ali, supra;"
Di atas penglibatan kemasyarakatan dan jasa yang pernah ditaburkan oleh beliau, Allahyarham pernah dianugerahkan Ahli Mangku Negara (AMN). Beliau sangat disenangi rakan dan lawan di dalam politik.
Nasib Allahyarham tidak begitu baik, sebaik sahaja bersara sebagai pendidik, beliau dijangkiti penyakit kencing manis tetapi tidak begitu serius. Pada sekitar tahun 1998, beliau mendapat penyakit kanser usus tetapi berjaya menjalani pembedahan di sebuah hospital swasta di Banda Hilir.
Dengan keadaan kesihatan tidak yang tidak mengizinkan beliau dari terus berpolitik, aktiviti kemasyarakatan yang disertainya terpaksa dikurangkan. Walau bagaimanapun, beliau masih aktif menyertai aktiviti keagamaan dan kemasyarakatan sekadar yang termampu.
Pada sekitar awal Julai 2006, beliau mengidap penyakit di bahagian paru-paru dan juga jantung. Pada 10 Julai 2006, beliau dikejarkan ke Hospital Putra akibat komplikasi pada jantung, paru-paru dan juga buah pinggang. Beliau terlantar dalam keadaan koma dan segala usaha untuk menyelamatkan tidak berhasil. Pada 14 Julai 2006, lebih kurang pukul 3.30 petang, pihak Hospital Putra menghantar beliau pulang dengan ambulan. Pada jam 4.20 petang, apabila segala usaha tidak berhasil, Allahyarham telah menghembuskan nafasnya di sisi ahli keluarga termasuk anak-anak, menantu dan cucu beliau.
Allahyarham meninggalkan seorang balu dan 7 orang anak di mana 2 daripadanya perempuan dan 15 orang cucu.
Semoga roh Allahyarham dicucuri rahmat dan ditempatkan di kalangan orang yang soleh.
Al-Fatihah...
Allahyarham bergambar bersama isterinya.
Kenangan kami sekeluarga bergambar semasa raya beberapa tahun dulu.
Kenangan Muhammad Arif bersama atuknya.
Blog Pertama Aku...
Jumaat, Oktober 03, 2008
Sambutan Hari Raya 1429H
Memandangkan isteri tercinta orang Alai, Melaka dan aku pulak orang Bukit Palah, biasanya sehari tu dah kira boleh 'cover' 2 keluarga. Tahun ni tidak seperti tahun-tahun sudah di mana aku lewat sikit. Maklumlah, anak dah ramai, kenalah bertolak-ansur.
Lepas bersiap, aku bermaaf-maafan dengan mak mertuaku, Hajah Munah dan juga isteri dan anak-anakku. Kemudian aku dengan anak aku, Muhammad Arif dan birasku, Farouk bergegas ke Masjid Alai.
Lepas Solat Sunat Aidilfitri, kami sekeluarga menziarahi pusara Arwah Haji Atip bin Ali, bapa mertuaku. Setelah selesai, aku terus menziarahi pusara nendaku, Arwah Hajah Empah bt. Wahab. Kemudian terus ke rumah ayahanda dan bondaku, Haji Ayup bin Noh dan Hajah Khadijah bt. Awaluddin.
Setelah bersalaman, aku sekeluarga dijamu dengan ketupat dan rendang serta kuih-muih. Paling aku suka ialah rendang ibu, tak pedas dan yang pasti tidak akan berhenti melainkan setelah kenyang.